Lampungvisual.com,Tulangbawang Barat-Program Pemkab Tulangbawang Barat terkait pencanangan swasembada daging, khusus daging sapi, disambut antusias kelompok Tani di kabupaten setempat. Hal ini dilakukan, dalam rangka mendukung program Dinas Peternakan dan upaya menjadikan Tubaba sebagai lumbung ternak serta ketersediaan daging sapi. Demikian diungkapkan penasehat kelompok tani Karya Bhakti, Suwarno, S.PdI. Senin (3 April 2017).
Menurut Suwarno kelompok tani yang ia kelola bersama para anggota telah mewujudkan program swasembada daging di daerah tersebut. Pria berkacamata ini menambahkan, keberadaan hewan ternak sudah sangat langka dibandingkan tahun sebelumnya. Maka dirinya bersama koptan binaannya berupaya untuk mengembalikan animo masyarakat dalam berbudidaya sapi . “ Saat ini animo para petani dan peternak sangat rendah untuk memelihara sapi dan sudah jarang yang memelihara sapi. Maka dikwatirkan populasi sapi akan semakin punah, sehingga program pemerintah tidak akan terwujud.” ujarnya
Pantauan lampungvisual.com Kelompok Tani Karya Bhakti berusaha untuk menjadi koptan percontohan, salah satu proyek percontohan dalam sistem pertanian terintegrasi atau lebih dikenal dengan Sistem Management Pertanian Terintegrasi atau dengan istilah SEMANTRI.
Selain mempertahankan populasi sapi jawa atau sapi PO dengan mengupayakan pengendalian pemotongan sapi betina produktif dan pemeliharaan sapi secara intensif dengan memasukkan teknologi tepat guna dan tetap berpedoman pada Sapta Usaha Peternakan.
Selain mendukung program pemerintah daerah dalam mewujudkan swasembada beras, kelompok tani juga turut serta dalam menwujudkan swasembada daging. Baik daging sapi, kambing , ayam serta lainnya. Sehingga daerah tersebut menjadi daerah yang subur makmur dan perekonomian masyarakatnya sejahtera.
Diketahui pada tahun 1906, sapi ongole didatangkan langsung dari Madras di India ke Pulau Sumba. Selanjutnya, tahun 1916 sapi ongole yang sudah berkembang biak di sumba mulai menyebar ke tempat-tempat lain di Indonesia dengan sebutan sumba ongole (SO). Pada tahun 1930-an, pemerintah Hindia-Belanda dengan kebijakan di bidang pertenakan yang disebut ongolisasi mengawinsilangkan sapi SO dengan sapi Jawa, untuk memperbaiki ukuran dan bobot badan sehingga lahirlah sapi peranakan ongole (PO). (GSB).
sip smg koptan karya bhakti menjadi mitra pemerintah daerah, menuju swasembada daging khususnya sapi