Komil bantu memfasilitasi Pengobatan Temi yang menderita kelainan tidak ada anus

LAMPUNG UTARA

Lampung Utara, lampungvisual.com

Komunitas Mutiara Independen Lampung (KOMIL) membantu memfasilitasi pengobatan Temi Santoso anak yang berusia delapan tahun anak pertama dari pasutri Gito (36) dan Maryani (36) warga dusun Dorowati, Desa Penagan Ratu Kecamatan Abung Timur Kabupaten Lampung Utara menderita kelainan tidak ada anus.

Ketua Komunitas Mutiara Independen Lampung (Komil) mengatakan pihaknya mendapatkan informasi dari media, bahwa Temi (8) menderita penyakit kelainan tidak ada anus. Jadi, disini pihaknya akan membantu mempasilitasi pengobatan Temi sampai sembuh.

” Hari ini Temi akan kita bawa ke Klinik Mitra Anda Bandar Lampung untuk berikan penanganan. dam besok akan kita bawa Temi ke Rumas Sakit Mutiara Putri untuk bertemu dengan Dokter Billy, ” kata dia, Minggu (18/11/2018)

Baca Juga:  Warga Desa Kali Cinta menemukan sosok Jenazah Bayi Mungil

Selain itu, pihaknya akan melakukan penggalangan dana melalui open donasi guna untuk pengobatan Temi. Jika ada yang ingin membantu meringankan beban adek Temi bisa hubungi bunda sutarti di nomor HP +6281279696240 dan no rekening bri 806401001608530

Kepala Dusun Dorowati Desa Penagan Ratu, Sukadi menyampaikan ucapan terimakasih kepada Komunitas Mutiara Independen yang telah membantu dan mempasilitasi untuk pengobatan Temi yang tidak ada anus.

” Terimakasih banyak kepada Komunitas Mutiara Independen Lampung (Komil) yang telah mau membantu dan mempasilitasi pengobatan Temi, ” Ucap dia

Baca Juga:  Diskominfo Lampura Sambut Baik Rencana Kegiatan Festival Sedekah Bumi

Sementara, Maryani orang tua Temi, menjelaskan bahwa penyakit kelainan tidak ada anus dialami Temi sejak lahir. dia juga tidak pernah bermaen bersama temen-temen, malu karena penyakit yang di deritanya.

Dulu, Kata Maryani, pernah ada bantuan dari ibu-ibu pengajian sebesar 4 juta, untuk biaya berobat ke Rumah Sakit, Namun operasi yang dilakukan gagal. Dan untuk membawa Temi berobat kembali terkendala biaya.

Sebagai buruh tebang tebu, lanjut maryani, penghasilan yang di terima seharinya berkisar Rp 30 ribu s/d Rp 50 ribu dan dengan uang sebesar itu, dia mengaku hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan harian. Sementara beban biaya yang mesti di tanggung untuk pengobatan demi kesembuhan Temi cukup besar.

Baca Juga:  Tarsono Resmi Gantikan Guntur Sebagai Anggota DPRD Lampura

“Beban biaya yang diperuntukkan untuk pengobatan Temi cukup besar. Sementara, penghasilan sebagai buruh tebang tebu tidak menentu. Andai pun dapat penghasilan, hanya cukup memenuhi kebutuhan harian. Dengan kondisi ini sebagai orang tua kami tidak bisa berbuat banyak,” tuturnya. (Andrian Folta)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.