Lampung Tengah,Lampung Visual.com-Mujur tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak (nasib seseorang tak dapat diubah sebelumnya karena sudah menjadi rahasia Allah). peribahasa diatas mungkin tepat untuk menggambarkan nasib yang dialami oleh Romlah (60 tahun) janda beranak satu .yang bertempat tinggal di Kelurahan Komring Agung lingkungan satu RT 003/RW 001 Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah
Bersama seorang putrinya Meliya Sari (13 tahun) Ibu Romlah menepati rumah ukuran 4x5M yang berdinding gedik dan berlantai tanah, yang kindisinya masih jauh dari rumah layak huni, sungguh memprihatinkan kindisi ibu Romlah yang menggantungkan hidupnya dari hasil mencari rongsokan.
Saat dikunjungi media dikediamanya Kamis (4/5/17) lalu, Romlah tidak bisa banyak mengungkapkan dan berbuat dengan keadaan hidup yang dirasakan selama ini,
Ia bersama seorang putrinya Meliya Sari yang sekarang sudah duduk di kelas satu sekolah menengah pertama(SMP) harus menelan kepahitan hidup, karena sudah dua tahun ditinggalakan suaminya tercinta Amat Rohani, yang yang selama ini tempat nya menyandarkan hidup telah meninggal dunia, sambil berlinang air mata bu Romlah menuturkan kesulitan hidupnya.
“Saya menepati rumah ini dulu bersama suami saya Amat Rohani, tapi umur memisahkan kami dua tahun yang lalu meninggal dunia, karena sakit, sekarang tinggal saya dengan anak, untuk mencukupi kebutuhan sehari hari saya mengandalkan kerja upahan ngoret diladang warga, dari pagi sampe sore dengan bayaran RP 50.000. kalaupun itu ada yang memerlukan tenaga saya,” tuturnya.
Lanjut Romlah, kalau tidak ada warga yang memakai tenaga romlah, ia mencari rongsokan, untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari.saat tanyakan apakah ibu selama ini sudah pernah mendapatakan bantuan dari pemerintah? Romlah mengiyakan.
” Saya mendapatkan bantuan keluarga PKH sebesar RP150.000 yang ngambilnya dikantor post Gunung Sugih, tapi yang saya terima hanya RP. 112.000 aja,” ungkapnya dengan polos.
Lebih lanjut diungkapkannya. “Namun sudah hampir enam bulan ini dana itu belum keluar, entah kenapa ya pak, saya nunggu-nunggu benar dana tersebut, untuk biaya anak sekolah,” pingkasnya.
Lanjutnya lagi, dari aparat kelurahan pernah datang kerumah minta data dan photo rumah, katanya ada program bedah rumah, namun sampai sekarang engak terlaksana.”saya dengar dari omongan tetangga dikarnakan tempat berdirinya gubuk saya ini numpang tanah orang, tidak bisa dapat direhab, saya sedih sekali pak inilah nasib orang miskin, bu Romlah berharap kepada pemerintah bisa memperhatikan nasib orang pinggiran seperti saya,” ujarnya.
Ibu Romlah berharap kedepan putri semata wayangnya, bisa sekolah lebih tinggi untuk mengejar harapan dan cita citanya, untuk menjadi seorang dokter, Dilihat dari kondisi rumah ibu Romlah memang memprihatinkan, dari sarana MCK belum ada dan didalam rumah sangat pengab. Sangat jauh dari kata layak untuk di jadikan rumah tinggal. (iswan)