Tiga Brand Lampung di Galeri Petani Kopi, Yuks Seruput Kopi Indonesia di Festival Kopi Nusantara 2020

(Logo Festival Kopi Nusantara 2020, gelaran virtual Bank Indonesia Kantor Perwakilan DKI Jakarta, 5-7 November 2020 mendatang. | FKN 2020)
PROFIL & SOSOK

BANDARLAMPUNG-
Sukses gelaran Festival Kopi Nusantara (FKN) 2019 di Kota Tua Jakarta menginspirasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) DKI Jakarta yang akan kembali menaja FKN 2020, pada 5-7 November 2020 mendatang. Kali ini digelar virtual.

Sadar pandemi, pihak penyelenggara pantang surut semangat. Menimbang geostrategi spesial bentang spasial Jakarta ibu kota negara, pusat bisnis perekonomian, sehingga dipandang dapat menjadi hub perdagangan kopi Nusantara baik untuk pembeli lokal maupun mancanegara.

Rasionalisasi ini tentu tak berlebihan. Kekhasan cita rasa kopi Indonesia di mata dan ‘cangkir’ dunia, disebut oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo jadi poin plus yang baik bagi citra kopi Indonesia di pasar internasional, perlu dijaga, dan lebih intensif promosinya.

Menyelia, data Badan Pusat Statistik (BPS), volume ekspor kopi Indonesia Januari-Mei 2020, mencapai 127 ribu ton, naik 31,05 persen di periode yang sama pada 2019, yaitu 96,57 ribu ton. Pada 2024, nilai ekspor kopi ditarget mencapai 2,6 miliar dolar Amrik.

(DR. Koffie, brand kopi olahan varietas Robusta Lengkong, asal Lampung yang mentereng di Galeri Petani Kopi Indonesia FKN 2020. Brand milik M Alghazali Qurtubi, berdiri 2014, binaan BI sejak 2018, berbasis di Jl Pagar Alam 44, Kedaton, Bandarlampung. | FKN 2020)

“Pandemi COVID-19 memberi dampak pada perekonomian global, termasuk adanya penurunan permintaan terhadap komoditas kopi dan menghambat ekspor kopi Indonesia,” rilis pihak penyelenggara FKN 2020, disitat dari situs ofisial festival diakses ulang di Bandarlampung, pada Selasa (27/10/2020).

Untuk itu, dibutuhkan sebuah strategi meningkatkan gairah perdagangan komoditas kopi, khususnya specialty coffee dari Indonesia.

Mengutip Wikipedia, Specialty Coffee (kopi spesial), istilah untuk menyebut kopi dengan mutu tertinggi, biasanya berasal dari kopi perkebunan khusus. Istilah pertama kali dipakai oleh Erna Knutsen di Tea & Coffee Trade Journal. Pada 1974 silam.

(Kopi Kolang, merek olahan green bean, roast bean, dan kopi bubuk dari biji robusta terbaik, di antaranya varietas Robusta Tugu Hijau, produksi Koperasi Kolang Mutiara Siger, Way Kanan, pimpinan Sepna Abdi Saputra, sejak 2018. Kopi ini dijamin irit gula, rasanya bak gula aren. | FKN 2020)

Sumber lain, kopitem.com, menulis Kopi Specialty adalah sebuah penilaian atau pengklasifikasian terhadap kopi yang miliki aroma dan rasa istimewa.

Menyaji tema “Maju Bersama Kopi Nusantara”, FKN 2020 menampilkan produk kopi terbaik yang ditanam oleh petani kopi binaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia sepenjuru Nusantara.

Hajat kongkow masyarakat perkopian besutan bank sentral ini pun menyeduh semerbak aroma.

“Dengan semangat kolaborasi untuk mengeksplorasi kekayaan kopi Nusantara, sekaligus meningkatkan exposure kopi Indonesia di masyarakat luas, dengan bangga Bank Indonesia mempersembahkan Festival Kopi Nusantara 2020,” urai situs mangkus.

Selain terdapat tiga tangkai kompetisi yang telah dimulai sejak H+4 perayaan Hari Kopi Sedunia 1 Oktober 2020 lalu, agenda FKN 2020 bakal diisi gelaran tiga webinar, tiga workshop, talkshow.

(“KPK Sekincau Coffee”, dari nama produsennya, Koperasi Petani Kopi Agro Panca Bhakti, Jl Kebas Lap. 663, Sekincau Lampung Barat, berdiri 23 Oktober 1998, dipimpin Abdul Charis, green bean dan kopi bubuk robustanya unik, dengan berbagai variasi proses yaitu Presiden, Premium, Fullwash, Semiwash, Honey, Lanang, dan Wine. Menyeruputnya, bak minum jus buah. | FKN 2020)

Per rundown panitia, hari pertama, Kamis (5/11/2020), usai seremoni pembukaan pukul 9 pagi WIB, dilanjut Webinar “Inovasi Produk Minuman Kopi dan Strategi Pemasaran Digital di Era Pandemic” pukul 10.30-12.00 WIB.

Berjeda performansi hiburan dari RL KLAV, webinar kedua, “Perkembangan Peluang dan Pasar Kopi Internasional Pasca Pandemic”, pukul 13.00-14.30. Ditutup sesi Coffee Cupping, berakhir pukul 16.30.

Gelaran hari kedua Jumat (6/11/2020), dibuka dengan Final Signature Drink Competition, pukul 08.30-10.00 WIB.

Pukul 10.00-11.30 WIB, ada Workshop Coffee Roasting, sebelum jeda salat dan hiburan usai salat Jum’at. Dilanjut, Workshop Manual Brew 13.30-15.00, dan Webinar “Meningkatkan Kualitas Hasil Pertanian di Era Pandemic”, penutup hingga kuarsa 16.30 WIB.

Terakhir hari ketiga, Sabtu (7/11/2020) pukul 09.30-11.00 WIB, Workshop Espresso membuka agenda. Menyelia, show bertajuk “Latte Art”, 11.00-11.30.

Beguyur, hingga dua jam berikutnya, Talkshow ‘Tren Kopi Kekinian’. Lalu, sesi 30 menit Show Produk Olahan Kopi, disusul Pengumuman Pemenang Video Cinematography, pun 30 menit, ditutup sesi hiburan.

Seperti hendak menyuguhkan surprise, penyelenggara, Kantor Perwakilan BI DKI Jakarta bermarkas di Jl Prajurit KKO Usman dan Harun Nomor 42, RT 1/RW 5 Senen, Jakarta Pusat, tak merilis bocoran para narasumber.

Baca Juga:  Invitasi Catur Piala Ketua Asosiasi Profesi Satpam Indonesia Lampung Andri, Hari Ini

“Festival Kopi Nusantara mempersembahkan banyak acara keren, loh! Tunggu apa lagi?” goda virtual panitia FKN 2020 kepada para coffeepreneur, dan tentu juga Anda.

Memedomaninya, masih ada waktu andai barangkali Anda mau coba ikut ketiga kompetisinya, yang baru akan ditutup pada 2 November 2020 nanti. Tersedia total hadiah masing-masing sebesar Rp30 juta lho bagi pemenang.

Pertama, Short Video Competition. Temanya, Penyajian Kopi Nusantara. Kedua, Virtual Latte Art Competition, dan ketiga, Coffee Signature Drink Competition. Catat lagi, deadline-nya Senin (2/11/2020) mendatang.

Pengen ikutan, langsung Anda kontak panitia di dua kanal korespondensi, hotline Bank Indonesia DKI Jakarta, di nomor 08123456888. Atau lewat surel [email protected].

Atau, pantengin kepoin pembaruan informasi setiap saat di Facebook, Instagram dan kanal berbagi video Youtube Bank Indonesia DKI Jakarta.

Warga Lampung, juga patut bangga. Di dashboard situs festival, Galeri Petani Kopi Indonesia, ada tiga produk kopi olahan asal sini. Lengkap dengan profil singkat, video profilnya pula.

Ketiganya DR. Koffie (Bandarlampung), Kopi Kolang (Kabupaten Way Kanan), Kopi Sekincau (Kabupaten Lampung Barat), oleh BI didapuk klaster UMKM.

DR. Koffie

Mengutip informasi dimaksud, DR. Koffie milik M Alghazali Qurtubi ini merupakan usaha modern bergerak dalam pelestarian usaha kopi, dan berlokasi di Jl Pagar Alam Nomor 44 (Gang PU), Kedaton, Bandarlampung.

Berdiri sejak 2014 dengan konsep menjual kopi bubuk luwak liar, DR. Koffie kemudian mengubah konsep bisnis menjadi kedai kopi dan roastery pada 2015 hingga saat ini.

“Kopi yang diproduksi merupakan varietas Robusta Lengkong dengan nama ‘Kopi Robusta Ulu Belu Honey’, berasal dari Kabupaten Tanggamus dengan ketinggian lahan tanam 1.050 mdpl (meter diatas permukaan laut, red). Kopi diolah menggunakan teknis olahan honey dan wet hulling,” detail info tersebut.

Sekadar informasi, pengolahan kopi Honey Processing, teknik pemrosesan dimana hanya kulit dan pulpa biji yang diangkat. Beberapa/semua lendir tetap ada di perkamen saat ceri mengering di media pengering sesuai periode waktu. “Honey” mengacu pada lendir ceri kopi sebab lengket. 3 jenis kopi olahan madu: kuning, merah, dan hitam –makan waktu pengeringan terlama.

Wah jadi ingat Ratu Dangdut Elvy Sukaesih, ya? Lho kok bisa? Iya, itu lagunya, Mandi Madu. Gubrak!

Sedang Wet Hulling (giling basah), ini metode pengolahan yang digunakan di lingkungan sangat lembab, dan jamak digunakan di Indonesia. Lambung, dan sekam biji kopi dibuang pada tingkat kelembaban lebih tinggi dan butuh mesin khusus cukup kuat menangani jenis pemrosesan ini. Kacang yang dikupas basah berwarna kebiruan.

Adapun, produk olahan kopi hasil produksi DR. Koffie meliputi ‘Espresso Blend’, perpaduan sempurna antara kopi Arabika dan Robusta, umumnya digunakan sebagai base kopi susu kekinian; lalu ‘Kopi Robusta Wine’ menghasilkan cita rasa wine asal dari ceri kopi pilihan yang difermentasi secara anaerob/tanpa udara.

‘Kopi Ulu Belu Natural’, fine natural dari ceri merah kopi Robusta Ulu Belu yang memiliki aroma fruity cukup kompleks; dan ‘Kopi Robusta Tugu Sari Honey’, asal biji kopi varietas Tugu Sari ukuran lebih besar dengan aroma konsisten.

Berhasil dikonfirmasi, Selasa petang, founder/CEO DR. Koffie, M Alghazali Qurtubi, menambahkan, usahanya itu mulai dibina BI dua tahun lalu. “2018 pak,” Alghazali melalui pesan singkat, pukul 17.27 Waktu Indonesia Barat.

Apakah dirinya akan mengikuti seluruh agenda FKN 2020? “Iya pak,” imbuhnya mengiyakan 59 menit kemudian, dan mendoakan. “Ditunggu. Smoga rame,” pungkasnya.

Kopi Kolang

Sekarang Kopi Kolang asal Way Kanan, satu dari tiga daerah utama produsen kopi robusta di Lampung yang dikenal dunia kopi fine robustanya, bersama Lampung Barat, dan Tanggamus.

Dari Way Kanan inilah, Koperasi Kolang Mutiara Siger dimotori oleh Sepna Abdi Saputra, jadi bagian produsen robusta unggulan dengan produk green bean, roast bean, dan kopi bubuk.

“Produk Kolang, atau Kopi Talang, diolah dari biji kopi robusta terbaik, di antaranya Varietas Robusta Tugu Hijau, ditanam pada ketinggian 400-700 mdpl di Gunung Lereng Bukit Duduk, Way Kanan,” info dashboard Galeri Petani Kopi Indonesia itu.

Produk kopi ini berkualitas premium, beraroma dan cita rasa yang khas yaitu Gula Aren, hingga kopi dapat dinikmati tanpa pakai gula atau pemanis lainnya.

Sang peracik, Koperasi Kolang Mutiara Siger ini baru 2019 lalu berdiri lho, kopilovers. “Dengan cita-cita mulia, ingin mensejahterakan petani kopi dengan meningkatkan harga kopi di tingkat petani,” lanjut info itu. Percaya deh. Padahal Baru lihat packingnya ya. Hehe..

Baca Juga:  Seribu Empon-Empon Gratis Komunitas Kontrakan Alif Subing, Ludes Terbagi

Untuk itu, masih lanjut info itu, koperasi melakukan berbagai pembinaan petani kopi dari hulu hingga hilir agar beroleh Kopi Talang berkualitas “fine robusta” dengan ciri khas aroma dan cita rasa Gula Aren, “sedikit manis dan tidak kelat”.

Budidaya dilakukan secara intensif, yaitu mempertahankan tanaman keras sekitar perkerbunan, agar cita rasa kopi terjaga serta lahan kebun sebagai penyedia oksigen bagi warga sekitar.

Petani juga beralih dari penggunaan pupuk kimia menjadi pupuk organik. Untuk tujuan pasar tertentu, petani telah melakukan pemetikan buah kopi dengan tingkat kematangan di atas 90% (petik merah), dilanjut penyortiran untuk memperoleh 100% ceri merah.

Secara umum produksi dilakukan secara natural dengan sistem dan prosedur teknis pengolahan terbaik, untuk memberikan keragaman dan keunikan cita rasa Kopi Kolang.

Beruntung, “barista” Koperasi Kolang Mutiara Siger, Sepna Abdi Saputra, juga berhasil dikonfirmasi. Darinya diketahui, sebelum resmi berbadan hukum koperasi tahun lalu, usaha ini masih berbentuk UKM, sejak 2018.

“2018 itu bulan 4 tanggal 22 UKM Kopi Talang (Kolang)-nya kemudian 2019 Koperasi Kolang Mutiara Siger di bulan Maret tanggal 29,” jawab Sepna Abdi, pukul 18.35 WIB, Selasa petang, lewat pesan singkat.

Mantap. Kan jarang nih, terpilih dari sekian banyak, perasaannya bisa jadi binaan Bank Indonesia sejauh ini?

“Ya, semoga ini untuk langkah kemajuan kami sebagai petani kopi di daerah. Yang selama ini kami tertinggal dari daerah lain,” sahut dia 10 menit berselang, bikin adrenalin berpilin. Jawaban penuh keadaban, entahlah, singsing berjuta harapan.

Kopi Sekincau

Sekincau, nama “surga kecil” nan wow dari belahan barat Lampung dan kerap viral kembali memesonakan. Wadidaw.

Ialah Koperasi Petani Kopi Agro Panca Bhakti, produsen produk kopi olahan yang kemudian dilabeli merek dagang “KPK Sekincau Coffee”, singkatan dari Koperasi Petani Kopi Sekincau, simpel disebut Kopi Sekincau.

Koperasi di Jl Kebas Lap. Nomor 663, Sekincau, Lambar, berdiri 23 Oktober 1998 ini dipimpin oleh Abdul Charis dan beranggotakan para petani kopi dataran tinggi disana.

Produk kopi yang dihasilkan, Green Bean dan kopi bubuk Robusta dengan berbagai variasi proses yaitu Presiden, Premium, Fullwash, Semiwash, Honey, Lanang, dan Wine.

“Produk unggulan koperasi adalah ‘Kopi Robusta’, dihasilkan dari tanaman yang tumbuh ketinggian 1.000-1.400 mdpl. Terbuat dari 100% biji kopi pilihan hingga menghasilkan cita rasa unik, memiliki rasa buah/fruity, sedikit asam sebagaimana jenis Kopi Arabica namun tetap nyaman di lambung,” rinci infonya.

Empat produk sesuai pemrosesannya, pertama, produk kopi dengan Wine Process, yang membutuhkan proses fermentasi selama 35 hari dengan jeda interval tujuh hari sekali dikeringkan dengan air.

“Pengeringan dilakukan secara alami. Dijemur di bawah terik matahari yang nantinya kulit kopi akan terkelupas dan jadi green bean. Selanjutnya, proses sortasi dilakukan untuk memisahkan antara biji kopi yang rusak dan layak.”

Sementara, Full Washed Process butuh proses fermentasi selama 48 jam demi menjaga kemurnian kopi dan kualitas yang tak diragukan.

Lalu ‘Kopi Lanang’ atau ‘Kopi Peaberry’, biji kopi pascapanen yang mengalami anomali atau kelainan. Meski terlihat “tidak normal”, biji Kopi Lanang miliki cita rasa istimewa untuk dinikmati.

Dan, ‘Natural Roast Bean Medium’, kesempurnaan biji kopi merah dengan 35 hari pengeringan, menghasilkan aroma nan melekat serta ketenangan.

Penasaran dengan usia koperasi yang setara dengan lampauan dua tahun jeda maksimal penanaman kembali (atau 20 tahun), ditingkahi oleh 11 kali seruput kopi merek La Tansa produksi Pringsewu, dalam mug bening hadiah belanja salah satu brand kopi ternama, Selasa malam, buah penantian redaksi, Abdul Charis juga sukses dikonfirmasi.

“Malam Pak Abdul Charis. Kebetulan, saya lagi buat artikel soal Festival Kopi Nusantara 2020. Dapat kontak Bapak juga dari situ. Video kerennya pun saya tonton habis. Boleh nanya, berdiri 23 Oktober 1998 kan ya, 22 tahun lalu. Nah sampai sekarang udah banyak dong anggotanya? Boleh tahu Pak?”

Ikut penasaran membaca kesan awal pria paruh baya ini, baru kenal sontak diberondong tanya, nun jawaban demi jawabannya buat menganga. Nyala!

“Assalamualaikum mas… Betul Abdul Charis,” balas dia, pukul 19.34. Delapan menit berselang kemudian, “Memang berdirinya sejak 1998 tapi sempat vakum beberapa tahun. Sampai pada tahun 2013 saya diminta untuk menghidupkan kembali Koperasi Petani Kopi Agro Panca Bhakti ini,” dia menguak fakta. 15 tahun mati suri.

“Alhamdulillah selama 2 tahun (2015) anggota baru 7 orang saking sulitnya ngajak teman berkoperasi, karena saya mengajaknya untuk bekerja bukan cari bantuan. Awal 2016, RAT (Rapat Anggota Tahunan) yang ke-3 baru kami dapat tambahan anggota setelah tiga tahun mencoba eksis,” dia menuturkan.

Baca Juga:  Perjalanan Karier Rudiansyah PNS Tulang Bawang Barat

Lanjut dia, “Sampai saat ini anggota koperasi ada 48 orang mas dan semuanya petani kopi (gak ada yang bos kopi hehe),” sang coffeepreneur, Abdul Charis menyelia canda seger.

Sudah tembus pasar ekspor-kah? Jika sudah, ke negara mana aja? “Belum mas mohon doanya mudah-mudahan segera menuju kesana,” jujur pintanya.

Dasar keren, dia menambahkan, bulan ini juga Insya Allah ikut ajang festival virtual serupa di Beijing dan Singapura.

“Kalau bisa tembus kan bisa mewakili Lampung tercinta pertama kali koperasi melakukan ekspor kopi dari Lampung,” asa Abdul Charis. Aamiin!

Ketiganya, ibarat merepresentasikan geliat masyarakat perkopian Lampung yang lain, menjadi tepat kemudian apa yang pernah diutarakan oleh salah satu tokoh nasional asal Lampung, saat ini selain Ketua Umum Ikatan Alumni (IKAL) Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhanas), juga salah satu anggota dewan pembina Dewan Kopi Indonesia (Dekopi), Nuril Hakim Yohansyah.

Bekas Ketua Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Lampung 1985-2005, Waketum AEKI, Stafsus Menteri LHK era Kabinet Kerja yang selalu dukung penuh setiap ikhtiar pengusaha kopi merangkul petani kopi lokal Lampung itu pernah bilang bahwa Presiden ke-5 Indonesia, Megawati Soekarnoputeri saat menjabat pernah menyebutkan, Lampung adalah etalase kopi robusta.

Selain asal Lampung, produk klaster UMKM Bank Indonesia lainnya regional Sumatera yaitu Bawadi Coffee, ASA Coffee Lhokseumawe (Nangroe Aceh Darussalam), lalu Kopi Arabika Sipirok Sibolga, Aloya Coffee Kopi Gayo, Kopi Cibang Sinabung, Drip Coffee, dan Maga Coffee (Sumatera Utara).

Berikut, Kopi Pak Datuak, Kopi Solok Radjo, SAMs Coffee, dan Minang Talua (Sumatera Barat), Bermani Kopi, Kopi Lestari (Bengkulu), dan D_Jangkat Sungai Tenang (Jambi).

Dari Jawa, Kopi Kailasa Banjarnegara, Purwokerto (Jawa Tengah), dan Ledug Coffee, Malang (Jawa Timur).

Region Kalimantan-Sulawesi, Liberika Kayong Utara (Kalimantan Barat), Kopi Cap Maraddia, Kampoeng Mamasa Matande, Kopi Mamasa West Celebes Poki Cahaya Abadi (Sulawesi Barat), Arabica Leluhur Sapan, Natural Black Mountain, Toraja Arabica Sapan (Sulawesi Selatan), Elmonts Arabica Minahasa Koya, dan Robusta Gunung Ambang (Sulawesi Utara).

Dari region Balinusra, Arabica Kopi Kintamani (Bali), Berkah Alam Coffee, Kopi Punik Sumbawa, dan ORI Coffee Robusta (Nusa Tenggara Barat), dan asal Nusa Tenggara Timur, ada merek Arabica Flores Bajawa.

Penutup nih, kopilovers. Boleh jadi, sejak abad ke-8 saat Khaldi, salah seorang penggembala kambing di dataran tinggi Ethiopia, yang konon senantiasa nongol dalam ceritera sejarah penemuan pertama tanaman kopi planet Bumi, dia tiada pernah –sama sekali– menerawang betapa tanaman temuannya itu bakal bikin geger jagat. Sekian abad kemudian.

“Membawa pengaruh besar tidak hanya bagi perekenomian dunia, bahkan terhadap lahirnya gagasan pergerakan sosial di seluruh dunia,” ujar aktivis perempuan dan gerakan feminisme Ajeng Kesuma, menulis di beranda Facebook-nya, satu ketika.

Ethiopia, tulis Ajeng, telah mengenal tanaman dan minuman kopi jauh sebelum Eropa menjadikan kopi sebagai komoditi yang menyumbang begitu besar terhadap kemajuan peradaban di Eropa, dan penyokong logistik ekspansi kekuasaan negara-negara Eropa di wilayah jajahannya.

Kemajuan peradaban, kopilovers. Kita sedang tak membicarakan soal emas, namun “emas hitam”, kopilovers. Kopi, kontributor kemajuan peradaban. Sip.

Satu lagi, terkait usia. Pohon kopi, tulis seorang menyebut diri seorang gadis yang hidup diantara kata, dunia, dan “wow-ness”, juga pegiat media sosial, coffee-shop traveler Mustika Treisna Yuliandri, mampu bertahan hingga usia 100 tahun hanya saja tidak mampu berbuah seproduktif pohon kopi yang muda.

“Bisa jadi kopi yang kamu teguk sekarang berasal dari pohon kopi yang usianya melebihi umurmu, bukan? Siapa tahu,” penutup artikelnya di Otten Coffee, 15 Mei 2017, tiga tahun lewat.

Nah kopilovers, pandemi gak pandemi, ada tidak ada Corona, bicara kopi dan 1001 hal ihwalnya, kagak ada merem-nya. Melek terus, dah.

Tak ada rumusnya, tak pernah peduli, kopi tak pernah bisa menolak siapapun peminumnya.

Apresiasi setinggi-tingginya buat Bank Indonesia. FKN 2020, semoga bakal menjadi bagian cerita pengantar tidur generasi cucu republik ini satu ketika.

Bahwa, ditengah ringkih ditindih buas pandemi, syahdan para pelaku sejarah generasi manusia Indonesia lintas usia (dari generasi tradisionalis kelahiran 1922-1945 era Great Depression yang juga mula Perang Dunia II, Flu Spanyol 1918-1920 dimana ada masih hidup sekitar 50 juta jiwa silent generation rerata usia 80-an tahun. Lalu para Baby Boomers berojolan 1946-1964, genre X lahir 1965-1980, genre Y atau milenial lahir 1981-1994, genre Z 1995-2010 serta generasi Alpha lahir 2011-kini), yang hidup dikepung pandemi di 2020, atau dikenal Class of 2020, tetap gigih tegak didihkan seteguk aroma. Kopi. Kopi Nusantara.

Dari nukilan buku Filosofi Kopi karya Dewi ‘Dee’ Lestari (2006, filmografi 2015): “Dan kopi tak pernah memilih siapa yang layak menikmatinya. Karena di hadapan kopi, kita semua sama.” [red/FKN/Muzzamil]

 1,550 kali dilihat