Hampir di ujung, Eva Dwiana yang medio Juli 2015 silam pernah bocorkan moto hidupnya, “selalu ingin membahagiakan orang lain” ini, disitat dari pengakuannya saat diwawancarai jurnalis Warna Lampung, Leni Marlina, kala itu, pun mengaku memedomani petuang mendiang sang ayah, untuk selalu berkata benar. Boleh jadi saat telah resmi memimpin 1,25 juta jiwa rakyat Bandarlampung nanti, tak perlu repot lagi menggunakan strategi obat nyamuk bakar, bergerak pasti dari pinggir –penjelasannya kepada jurnalis Leni– atas kegigihannya dalam menomorsatukan pemuliaan karakter kepedulian sosial terhadap kaum dhuafa melalui Yayasan Dian Esa Semesta (Diesta) pimpinannya masa itu.
Bersama sang duet, Deddy Amarullah, meskipun Haji Agus Salim tempo ‘doeloe’ pernah menyebut “Leiden is Lijden”, jalan pemimpin adalah jalan menderita, namun seiring waktu, pesan magis tokoh bangsa tersebut selain bakal bertemu sauh dengan teladan petuah kemanusiaan Sang Putra Fajar, Presiden pertama Indonesia Soekarno, “…Tuhan bersemayam di gubuk si miskin”, sebagaimana 269 daerah provinsi, dan kabupaten/kota lainnya sahibul hajat pilkada serentak 2020, kedepan juga diproyeksi bakal terjal hambatan wujudkan bujur visi misi cemerlangnya. Ulah apa, kedalaman imbas luar biasa ganas berikut derajat tinggi kebutuhan energi kolektif menanggulangi krisis kesehatan sekaligus krisis ekonomi gegara pandemi. COVID-19.
Apapun itu, seperti pula banyak prediksi, Eva-Deddy yang tidak tengah demam panggung itu bakal kontan tancap gas dan “gercep” lanjutkan kinerja “pemerintah terdahulu”, diksi populer Eva Dwiana kampanye lalu.
Pengetahuan akan memberimu kekuatan, tetapi karakter memberimu kehormatan, ujar mendiang Bruce Lee. Kini, banyak warga kota pun mengaku tak ragu lagi menyapa: Eva-Deddy, sampai jumpa di hari pelantikan! [red/Muzzamil]