Terik Matahari Pun Enggan Menyiksa Sosok Pemulung Tua

LAMPUNG TENGAHOPINI DAN PUISI

Lampung Tengah, (LV) – Langit mendung menghiasi Lampung Tengah, seberkas sinar matahari pun enggan menyinari langkah laki-laki usia senja. Jaka (81) tahun, pria renta  nampak tertatih menyusuri Jalan Lintas Sumatera berusaha mengais rejeki dengan mencari Rongsokan.

Meski diusia senja namun sosok tua itu masih bertahan dengan semangat membara didadanya tidak lekang termakan Usia.

Nasib Jaka memang kurang beruntung bisa memiliki pekerjaan yang bagus, gaji besar dan kantor yang nyaman. Maka ia terpaksa bekerja serabutan salah satunya adalah menjadi pemulung demi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Namun, kerja keras mereka ini sering dipandang sebelah mata..

Melihat pria renta ini dengan profesinya sebagai seorang pemulung yang bertahan dalam kilas potret kemiskinan. Seorang lelaki tua renta yang tinggal bersama adiknya di seputaran Bandar Jaya Kecamatan Terbaggi Besar Lampung Tengah, diusianya yang senja dengan tenaga yang masih tersisa, seharusnya hari-harinya digunakan untuk istirahat dirumah, menghabiskan sisa usianya dalam cengkeraman indahnya kebersamaan bersama keluarga.

Baca Juga:  Pisah Sambut Kejari Lampung Tengah, Nina Kartini Minta Maaf

Namun apa mau dikata, himpitan dan tindihan beban ekonomi memaksa Kakek yang mengaku kelahiran Pariaman Sumatera Barat itu harus berjuang keras demi mendapatkan sesuap nasi agar mampu bertahan hidup.

Ketika Awak media menghampiri nya tepat didepan Kantor Badan Pertanahan Nasional  Sabtu (15/7/17) dan menyapa kakek tua yang tengah bergelut dengan sebuah karung yang sudah terisi barang yang ia cari sedari pagi itu, ia sambut dengan senyum ramah dibalik pipinya yang berkeriput.

Sekilas terlihat diraut wajah lusuhnya mencerminkan kelelahan dengan khas nya mengembang memecah penat dan berat nya himpitan hidup, Namun wajahnya yang dihiasi dengan guratan letih tak dapat terbantahkan kalau Kakek yang mengaku bernama Jaka (81) ini  sedang dalam kesulitan,  namun apalah daya hidup harus tetap dijalani.

”Alah nak, ngumpulin rongsokan siapa tahu bisa penuh untuk ditukar dengan beras. Walau saya sudah tua tapi harus tetap bekerja memungut sampah. Kalau tidak, mau makan apa. Anak saya 3 dan cucu saya 2 juga susah.” Katanya

Baca Juga:  Nessy Tidak Melihat Satu Kursi Partai Perindo, Tapi Kesamaan Visi Misi Untuk Lamteng

Sembari berpincang seputar kehidupan bersama kami, ia mengambil sebuah botol minuman bekas dengan sedikit tertatih. Karena satu tangannya lagi harus memegang karung sebagai wadah barang bekas yang mungkin laku terjual. Sejenak ia tertegun, menarik nafas dalam-dalam  sebagai pertanda kepenatan yang mulai bersarang.

“Ini berangkat dari rumah tadi jam 5 pagi alhamdulillah ini karung sudah terisi penuh menjelang siang ini, walau sebesar ini karung paling hanya berisi 18 Kg, ya lumayan lah nak kalau di jual sekilo nya khan 1800 rupiah, saya bisa dapat uang Rp.32.400,” tuturnya.

Dalam menjalankan aktifitasnya kaleng bekas dan sampah plastik yang menjadi target sasarannya yang setiap hari harus ia lakoni. Sebab sebagai orang tua dia tak mau memberatkan hidupnya pada anak-anak yang hidup dalam standar ekonomi terbatas.

Baca Juga:  Dampak Merayu Anak Dibawah Umur, Keluarga Lapor Polisi

“Walau hasilnya tidak seberapa saya gak mau nak, memberatkan kehidupan anak-anak saya yang juga masih di rundung kesusahan juga, semangat hidup ini tidak boleh luntur karena kemiskinan dan menyerah dengan keadaan yang penting hasilnya halal tidak merugikan orang lain,” tuntas Jaka,

Selanjutnya ia memohon diri, karena harus pulang menyusuri sepanjang jalan denga jarak tempuh sekitar 5 kilo meter dengan berjalan kaki, sembari mengangkat karung yang telah penuh terisi barang bekas yang akan menyambung kehidupannya keluarganya.

Laporan : Iswan Rudi
Editor  : Basri Subur

 

 1,283 kali dilihat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.