Siswa SMP IT Insan Robani Dapatkan Perlakuan fisik Sejumlah Wali Murid Temui Pihak Sekolah

LAMPUNG UTARAPERISTIWA

Lampung Utara, lampungvisual.com-
Sejumlah Siswa yang sedang duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) Islam Terpadu Insan Robani kelas VII (Tujuh) mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan dari kakak kelasnya yakni kelas VIII (Delapan). Pasalnya, mereka selalu mendapatkan perundungan seperti kekerasan fisik disertai pengancaman.

“Kami sering dimintai uang sama kakak kelas, mulai dari Rp. 1000 rupiah sampai Rp. 5000 rupiah perhari. Apabila kami tidak memberikan uang kami disekap didalam kamar mandi dan di pukul, ” Kata salah korban bully yang berinisial AG (13) bersama rekan rekannya kepada awak media, Minggu (15/11/2020)

Menurut pengakuan AG, kejadian tersebut sudah cukup lama dialami, hampir setiap hari mereka dimintai kakak kelas uang. Ingin mengadu ke guru atau kepala sekolah mereka mendapatkan ancaman dari kakak kelas.

“Kami takut mengadu ke dewan guru karena diancam akan dipukuli lebih dari yang biasanya, ” Keluhannya dengan nada yang lesu.

Sementara, Romi salah satu ibunda santri yang menjadi Korban Bully mengatakan Ia dan wali murid datang kesini mau minta kejelasan dan ketegasan dari pihak yayasan. Sebab, bila kami tidak datang kemari, pihak sekolah tidak tahu kejadian yang dialami anak anak kami.

“Kalau kami tidak menghadap hari ini, mereka (pihak sekolah) tidak tahu kalau anak kami sampai mengalami kekerasan fisik,” ungkap salah satu ibunda santri korban bully, ibu Romi, Minggu, (15/11/2020).

Baca Juga:  Penyerahan Cinderamata dari Taruna ke Kepala Rutan Kelas IIB Kotabumi

Ia melanjutkan, sebelumnya buah hatinya pernah dipaksa kakak kelasnya untuk memberikan bekal makanan yang dibawakan olehnya, bahkan uang jajan anaknya selalu di ambil setiap hari mulai dari Rp.5000 ribu sampai Rp. 20.000 ribu, dan itu terus berulang sampai sekarang. Bukan hanya itu saja, yang membuat dirinya marah dan terpancing emosi, saat anaknya mengadu pernah disekap dan dipukuli oleh kakak kelasnya.

“Anak saya itu uang jajan seminggu Rp. 300 ribu itu nggak cukup, padahal anak saya ini nggak pe jajan, rupanya setiap hari itu diambil paksa oleh kakak kelasnya sampai Rp. 20 ribu, bukan itu saja, bekal jajanan yang saya bawakan untuk dia juga diambil paksa, yang membuat saya marah besar, anak saya mengaku pernah disekap di atas, dan dipukuli mas,” terangnya.

Hal itu diamini juga oleh wali murid lainnya, Asiyah dan Zainal Ali, orang tua yang anaknya juga menjadi korban perundungan mengatakan bahwa kejadian ini sudah berlangsung lama, mereka mengetahuinya setelah anaknya mengadukan kelakuan kakak kelasnya yang selalu meminta uang, selalu disuruh-suruh, bahkan di kunci di dalam ruangan yang berada diatas gedung. Mereka mencemaskan mental anaknya yang selalu mendapatkan perundungan, yang ditakutkan akan mempengaruhi dalam menyerap ilmu pengetahuan di sekolah.

Baca Juga:  Bunda Paud Lampura hadiri Workshop Kurikulum Merdeka

“Anak saya ini ngadu kalau dia ini sering dimintain duit jajannya,sering disuruh-suruh kakak kelasnya,bahkan pernah di pukuli dan di sekap di atas, hal itu membuat saya cemas akan psikis anak saya dalam kegiatan belajarnya, makanya hari ini, saya dan wali murid yang lain datang untuk meminta ketegasan dari pihak sekolah, kalau tidak ada tindakan tegas, lebih baik anak kami, kami keluarkan, daripada mentalnya nanti terganggu, dan kejadian ini sudah cukup lama, mungkin sudah dua bulan ini,” tambahnya.

Dirinya berharap kepada pihak sekolah agar memberikan sanksi yang berat kepada sejumlah siswa kelas VIII yang telah melakukan perbuatan terhadap anaknya.

Disisi lainnya, pihak yayasan sekolah yang diwakili oleh kepala pondok, Arif Budiman, berdalih bahwa pihaknya sudah melakukan pembinaan, dan sempat mengatakan bahwa pondok atau sekolah mereka adalah pondok besar, dan sudah lama, bahkan mengatakan bahwa dirinya berpendidikan tinggi S2 bukan tenaga pengajar yang tidak berpendidikan.

“Sudah kita lakukan pembinaan, dan orang tuanya sudah legowo dan menerima, dan sudah islah kan, tidak ada masalah lagi, kami ini bukan pondok kecil loh mas,kami ini pondok besar, saya ini S2 loh mas, jadi bukan tenaga pengajar yang tidak berpendidikan, bahkan di sekolah negeri pun hal ini sering terjadi, ini hal yang biasa terjadi mas,” ketusnya.

Baca Juga:  Lebih dari 5 Rumah Warga di Tebat Baru Ilir Dilalap si Jago Merah

Saat ditanya terkait perundungan yang sampai terjadi kekerasan fisik seperti penyekapan dan pemukulan, pihak sekolah tidak mengetahui hal itu, yang diketahui mereka hanya perkelahian sesama santri disana.

“Setau kami mereka itu berantem, tapi sudah kita berikan sanksi skorsing, kalau sampai adanya penyekapan dan pemukulan, kami tidak mengetahuinya, dan kami juga akan memperbaiki bibitnya, karena mereka ini datang dari kampung, bukan hanya dari Kotabumi saja, dan apabila hal ini terjadi lagi, nanti akan kita berikan pembinaan kembali, karena basis kita kan pembinaan, ” Pungkasnya. (Andrian Folta)

 1,217 kali dilihat