Seruput Kopi di Zurich Swiss, Peluang Manis Eksportir Lampung ditengah Krisis

KOPILOVERS -- Alista Oreo, seorang WNI bersuamikan warga Swiss, pemilik kedai Omnia Coffee, di Zurich, Swiss, di area barista kedai ritel kopi specialty Indonesia ini. WNI pebisnis di Swiss, setia menanti pemberlakuan perjanjian IE-CEPA yang telah diratifikasi Indonesia, disusul Swiss tahun ini. | Instagram/Omnia Coffee
PROFIL & SOSOK

Dilaporkan, selain Alista, berbincang lainnya, Diane, pengusaha Restoran Dapur yang telah lama berbisnis di Swiss dan khas banget. Ia khusus menyedia menu masakan vegetarian Indonesia dan diklaim memiliki penggemar khusus pula. Pasalnya, ini notabene satu-satunya resto Indonesia yang plant-based. Seantero Zurich, metropolis terbesar, pusat perbankan (berpelindung nasabah terbaik) dan pusat seni budaya Swiss (kota opera), jantung keuangan dunia.

Bukannya bebas hambatan, pemilik resto di Schaffhauserstrasse 373, 8050 Zürich ini, membeber dua tantangan: mendatangkan tenaga koki dari Tanah Air, dan pengadaan bahan baku dasar masakan dari Indonesia.

Lifah, pebisnis kuliner daring ‘Jajananku.ch’, selain punya prospek bisnis yang baik juga diharapkan dapat makin terus berkembang setelah IE-CEPA berlaku nantinya.

Tak jauh beda dengan Made, pengusaha jasa terapis Bali Massage, yang dilaporkan jadi salah satu destinasi terapis terbaik, paling dicari di Zurich. Ujar Made, bisnisnya justru laris manis, tak pernah sepi pengunjung selama pandemi. Penerapan kedisiplinan protokol kesehatan dijaga betul. Made juga berkeinginan mengambil ragam manfaat dari IE-CEPA kelak, bagi bisnisnya kedepan.

Dari Zurich, yang berdasarkan peta digital berjarak 121,6 kilometer dan dapat ditempuh selama 1 jam 26 menit lewat A1 dari Bern ini, redaksi ajak pembaca turut menyimak pula oleh-oleh perjalanan serupa sang Dubes saat bertemu para pebisnis WNI di kota Jenewa.

Loading

Tagged