Seruput Kopi di Zurich Swiss, Peluang Manis Eksportir Lampung ditengah Krisis

KOPILOVERS -- Alista Oreo, seorang WNI bersuamikan warga Swiss, pemilik kedai Omnia Coffee, di Zurich, Swiss, di area barista kedai ritel kopi specialty Indonesia ini. WNI pebisnis di Swiss, setia menanti pemberlakuan perjanjian IE-CEPA yang telah diratifikasi Indonesia, disusul Swiss tahun ini. | Instagram/Omnia Coffee
PROFIL & SOSOK

BANDARLAMPUNG
Kecuali hidup dan kehidupan, kesempatan tak pernah datang dua kali, datangnya bahkan bisa berlipat kali. Kabar baik bagi petani/pekebun, produsen, coffepreneur, dan eksportir kopi, termasuk di Lampung. Datang dari satu-satunya negara tetangga Jerman yang dilewatkan Nazi masa Perang Dunia II karena meski dikenal satu dari 10 negara di dunia tanpa tentara namun sejatinya semua penduduk kecuali wanita dan anak-anak adalah tentaranya ini, Swiss.

Ya, di negara yang secara politik dikenal netral sejak deklarasi Kongres Wina 1815 nun bukan berarti mesti jadi negara lemah, dan justru daya militernya sangat kuat –bila dibilang ‘Swiss tidak memiliki tentara’ sebab hampir seluruh penduduknya tentara tadi itu, kopi Indonesia antara lain kopi Sumatera, Flores, Sulawesi, Bali, Jawa, dan Aceh jadi kopi yang dikenal digemari masyarakat sana.

Buktinya, Alista, salah satu WNI pemilik kedai kopi Indonesia ‘Omnia Coffee’ di Kota Zurich, Swiss, mengisahkan daya tarik kedai kopinya lantaran menyajikan kopi Indonesia yang dikenal bercita rasa khas.

Selain kopi Sumatera, ungkap Alista, kopi paling laku di warungnya adalah kopi Bali. Imaji dan jenama (branding) Bali memang cukup melekat di benak masyarakat Swiss.

Alista, diaspora bersuamikan warga Swiss ini, mendesain kedainya dengan etalase produk-produk kopi Nusantara. Sehingga kental memberikan nuansa Indonesia bagi pengunjung dan pelanggan, saat mereka mampir menyeruput kopi di kedai.

Loading

Tagged