Peserta Bimtek Kakam Way kanan Kunjungi Bumdes Pujon Kidul Juara pertama Lomba Bumdes Tingkat Nasional tahun 2018

HOME

Way kanan, lampungvisual.com-
Sejumlah Kepala Kampung se Kabupaten Way kanan peserta Bimbingan teknis Bisnis dan penguatan manajemen Badan Usaha Milik desa (Bumdes) tahun 2019 melakukan kunjungan kerja ke Desa Pujon Kidul kecamatan Pujon Kabupaten Malang, Kamis (4/7/2019).
Kunjungan kerja dilakukan untuk menimba ilmu terkait keberhasilan Kampung tersebut dalam mengelola Bumdes sehingga Menjadi Juara peringkat I lomba Bumdes tingkat Nasional tahun 2018.
Ketua Apdesi Way kanan Hepan Suwita dalam kata  pengantarnya kedatangan kakam peserta Bimtek dimaksudkan dalam rangka menimba ilmu terkait pengelolaan Bumdes dalam meningkatkan pendapatan asli desa.
“Jumlah kakam peserta bimtek  yang berkunjung ke pujon kidul berjumlah 118 orang dari jumlah peserta awal sebanyak 112 orang .” Kata Hepan.
Kepada Kepala Desa Pujon Kidul, Hepan Suwita berharap agar seluruh rahasia pengelolaan Bumdes sampai berhasil dapat diberikan kepada para kakam way kanan .
Sementara kepala desa Pujon Kidul Udi Hartoko yang juga menjabat sebagai Komisaris Bumdes Sumber Sejahtera Desa Wisata Pujon Kidul menjelaskan  dalam membentuk Bumdes setidak tidaknya dibutuhkan Tiga modal yakni Modal Sosial, Modal Finansial, dan modal pengetahuan.
“Modal sosial adalah dukungan  masyarakat, Modal finansial dari Dana desa, dan modal pengetahuan dalan mengelola badan usaha ” Jelas Udi Hartoko.
Udi Hartoko mengatakan, Bumdes yang ia kelola tersebut telah berhasil meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PADes) hingga lebih dari Rp1,3 Miliar pada tahun 2018. Padahal sebelumnya, PADes pujon kidul hanya berkisar Rp30-40 juta per tahun. “Tahun ini saya meyakini mampu meraih PADes hingga Rp2,5 Miliar.” Tambahnya.
Dana desa yang digunakan untuk mendirikan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), telah berhasil menyulap desa ini menjadi lokasi wisata yang menyedot ribuan pengunjung setiap harinya.
Dimulai dengan program inovasi desa yang awalnya bertujuan untuk mensejahterakan para petani, namun ternyata  berdampak positif serta menghasilkan multiflyer effect atau efek domino yang kemudian merambah ke sektor lainnya, sehingga kesejahteraan seluruh warga desa di Pujon Kidul meningkat tajam.
Tahun 2011 saat saya baru menjadi Kepala Desa, PADes kita hanya berkisar antara Rp20-30 juta per tahun. Ada peningkatan signifikan ketika kita mulai mengelola dana desa. Kita mendirikan BUMDes, kita manfaatkan potensi, kita gerakkan seluruh masyarakat. Tahun 2017 PADes kita meningkat menjadi Rp162 juta, tahun 2018 Rp 1 Miliar lebih, langsung melonjak drastis,” ujarnya.
Desa Wisata Pujon Kidul memiliki ragam wahana menarik dengan nuansa asri perdesaan, seperti cafe sawah, panen hasil pertanian, memerah susu sapi, kolam renang untuk anak-anak, off road, hingga wisata berkuda.
Tak hanya itu, Desa Wisata ini juga memiliki banyak spot selfie yang sangat menarik. Wisatawan yang berkunjung pun tak sedikit jumlahnya, rata-rata 3.000 pengunjung saat hari kerja dan 5.000 pengunjung saat hari libur.
“Luas Desa Pujon Kidul 330 Hektare. Tanaman masyarakat kita jadikan wisata petik apel, wisata petik sayur, sehingga hasil pertanian warga juga menjadi mahal harganya. Di desa ini juga banyak yang berprofesi sebagai peternak (sapi perah). Kita ingin ada nilai tambah untuk peternak ini. Kemudian kita ingin meningkatkan derajat petani dan peternak. Ketika orang kota datang ke peternak untuk memerah sapi, masyarakat desa bangga karena anak kota belajar dengan masyarakat desa,” ujarnya.
Udi mengatakan, prinsipnya dalam mengembangkan Bumdes tak hanya bagaimana Bumdes dapat meningkatkan omzet dan PADes. Menurutnya, prinsip utamanya adalah bagaimana Bumdes dapat memberikan dampak kepada aktifitas ekonomi masyarakat.
Sejak berdirinya Desa Wisata ini, masyarakat memiliki ragam usaha tambahan seperti homestay, sewa kuda, wisata pertanian, wisata ternak, dan sebagainya.
“Jangan sampai Bumdes besar, masyarakat tidak bergerak. Jangan sampai jalan lurus, bagus, tetapi urbanisasi masif, kemiskinan tidak menurun, pengangguran juga demikian. Tapi bagaimana BUMDes ini berjalan bersama masyarakat menata ekonomi yang memberikan dampak lebih luas kepada masyarakat,” ujarnya.
“Dampak dana desa sangat signifikan. Tahun 2014 kita mapping, kita lakukan pemetaan untuk mengetahui apa sih yang dibutuhkan masyarakat, sehingga kita hitung kebutuhannya. Untuk pembangunan fisik saja kebutuhanya Rp21 Miliar. Proses itu kita sampaikan kepada masyarakat, kita ajak masyarakat berpikir, kalau hanya hanya mengandalkan dana desa, kita butuh waktu lama, 21 tahun. Akhirnya kita sampaikan bahwa kita perlu meningkatkan PADes, caranya ya hanya melalui Bumdes,” ungkapnya.
Penulis  : Fikri
Editor    : Susan

 1,379 kali dilihat

Tagged

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.