Pendidikan dan Kebudayaan

NASIONALOPINI DAN PUISI

Pendidikan dan Kebudayaan

Untuk Revolusi Karakter Bangsa dan Kebhinekaan

      Pendidikan adalah hal terpenting dalam kehidupan seseorang. Melalui pendidikan, seseorang dapat dipandang terhormat, memiliki karir yang baik serta dapat bertingkah sesuai norma-norma yang berlaku. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, menjelaskan pendidikan berasal dari kata “didik” dan mendapat imbuhan berupa awalan “pe” dan akhiran “an” yang berarti proses atau cara perbuatan mendidik. Maka definisi pendidikan menurut bahasa yakni perubahan tata laku dan sikap seseorang atau sekelompok orang dalam usahanya mendewasakan manusia lewat pelatihan dan pengajaran.

         Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kebudayaan merupakan kata benda yang terdiri dari lima suku kata “ke-bu-da-ya-an“. Kata ini merupakan kata turunan yang berasal dari akar kata “budaya” yang memiliki pengertian “pikiran atau akal budi“. Jadi, pengertian kebudayaan sendiri diartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin atau akal-budi manusia. Jika dilihat dari sudut pandang antropologi, kebudayaan dimaknai sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang dapat menjadi pedoman untuk tingkah laku manusia tersebut.

       Pendidikan dan Kebudayaan adalah satu kesatuan yang sangat penting bagi revolusi karakter bangsa dan kebhinekaan. Dengan adanya pendidikan dan kebudayaan karakter dari diri seseorang bisa dilihat dengan jelas. Disini dapat kita ketahui bahwa pendidikan merupakan proses dari kebudayaan itu sendiri. Jika pendidikan tanpa adanya suatu kebudayaan maka akan menghancurkan revolusi karakter bangsa dan kebhinekaan. Karena Kebhinekaan seharusnya dapat menjadi kebanggaan dan kekuatan bagi bangsa Indonesia, sebab Negara Indonesia butuh menjaga kewarisan kebhinekaannya untuk mengawal dan menjaga perdamaian serta sikap saling menghargai kebhinekaan bangsa, dan pendidikan bertanggung jawab atas perkembangan pribadi dan moralitas anak diseluruh dunia.

Baca Juga:  Pengurus DPC dan PAC PDIP Pesisir Barat Hadiri Rakornas dan HUT Ke-46 PDI Perjuangan

Zaman dulu, pada masa Ki Hajar Dewantara yang saat itu menjabat menjadi Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan Indonesia. Beliau membentuk Panitia Penyelidik Pengajaran untuk menyediakan struktur, bahan pengajaran, dan rencana belajar diIndonesia. Kurikulum yang dibuat ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran bernegara dan bermasyarakat, serta mampu meningkatkan pendidikan jasmani, dan pendidikan watak. Pendidikan dan kebudayaan dalam pengajaran bertujuan untuk membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air.

       Sebenarnya sistem pendidikan dan kebudayaan yang diterapkan diNegara Indonesia merupakan sistem yang cukup baik, akan tetapi masih ada beberapa kesalahan persepsi dalam bidang pendidikan diIndonesia. Misalnya dengan adanya Ujian Nasional yang sampai saat ini sangat ditakuti oleh setiap pelajar diIndonesia, karena Ujian Nasional Sangat Menentukan Lulus atau Tidak. Sehingga setiap pelajar diIndonesia diwajibkan untuk melewati Ujian Nasional yang menentukan Nasib mereka, jika mereka bisa Lulus, mereka dapat melangkah kejenjang pendidikan yang Lebih Tinggi. Dan untuk yang Tidak Lulus, maka akan Tertinggal.

Hal ini merupakan goncangan besar bagi mereka, bayangkan saja setiap anak dipaksa untuk melewati Ujian Nasional dengan adanya Target Nilai yang harus dicapai. Memang baik membuat seorang anak belajar, akan tetapi setiap anak tidak memiliki kapasitas yang sama. Setiap anak memiliki kapasitas yang berbeda-beda, jika terlalu dipaksakan anak tersebut akan malas karena terlalu terbebani. Pada akhirnya mereka tidak betah dirumah bahkan selalu keluar rumah karena bosan jika terus disuguhi pelajaran-pelajaran yang terlalu berat. Dan pada akhirnya menimbulkan budaya yang jelek pada diri mereka, contohnya mereka mampu menghalalkan segala cara untuk menjawab soal tersebut. Bukan hanya itu para gurupun takut jika anak muridnya ada yang tidak lulus, sehingga ada juga guru yang memberikan jawaban kepada muridnya. Kebudayaan Buruk seperti ini akan terus berkembang jika dilaksanakan terus-menerus.

Baca Juga:  Mesin Adonan Material Molen Masih jadi Senjata Utama Satgas TMMD

    Kemudian ada yang namanya OSPEK atau Orientasi Perkenalan Sekolah, dimanakah adanya pembelajaran sekaligus kebudayaan baik yang pernah kita temui didalam OSPEK ? Justru OSPEK membuat para junior takut untuk menghadapi OSPEK tersebut, karena Hampir Seluruh Kegiatan OSPEK diDominasi oleh Kakak-kakak senior yang pada dasarnya Kegiatan tersebut dilaksanakan untuk Menyiksa para junior. Misalnya saja seperti membuat para junior memakai atribut yang diinginkan kakak-kakak senior, menyuruh mereka berlari menggunakan atribut tersebut bahkan membuat mereka seperti sedang mengikuti pelatihan Militer dengan alibi bahwa itu akan membuat mental para junior kuat. Justru sebaliknya sebenarnya OSPEK hanya kesenangan bagi para Senior. Dengan kebudayaan yang seperti ini justru akan membuat kebiasaan buruk bagi setiap pelajar. Dan pada akhirnya mereka hanya ingin menjadi senior untuk membalas dendam ke junior lain karena dulu mereka juga diperlakukan seperti itu.

      Alangkah baiknya jika kegiatan tersebut diubah menjadi kegiatan yang lebih bermanfaat dan tidak mempermalukan para juniornya. Seperti, para junior diminta untuk membuat suatu produk makanan atau kerajinan tangan yang nantinya bisa dijual dan dana tersebut akan berikan kepada masyarakat yang kurang mampu atau bisa saja menyuruh para junior untuk turun ke jalanan dan membantu para tukang sapu jalanan untuk membersihkan sampah. Dengan begini kita memberikan pelajaran sekaligus kebudayaan kepada para junior untuk lebih perduli dan mempunyai rasa tanggung jawab, sehingga para junior sadar bahwa kebersamaan tidak pernah memandang derajat serta bisa mengembangkan moral para junior.

Baca Juga:  Gema TMMD 107 Sampai Ke Nelayan Besuki

       Memang tidak mudah untuk mengubah sistem pendidikan diIndonesia pada saat ini, karena sudah terlalu lama budaya ini diadakan. Jika ingin mengubah maka akan melalui banyak prosedur serta pro dan kontra, diperparah dengan kebiasaan masyarakat Indonesia yang selalu melaksanakan pendidikan seperti saat ini. Untuk mengubah suatu kebiasaan bukanlah hal yang mudah dilakukan. Akantetapi alangkah baiknya jika sistem pendidikan bisa diubah menjadi lebih baik, karena pendidikan dan kebudayaan sangat mempengaruhi pembentukan karakter serta moral suatu bangsa. Karena sistem pendidikan yang baik tentu moral para pelajarnya juga akan baik, dan begitu juga sebaliknya.( Di Tulis Oleh: Sandra Lestari Z.A)

 1,068 kali dilihat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.