Pembangunan Fisik Harus Diimbangi Dengan Pembangunan Mental

GATI SUSANTO
OPINI DAN PUISI

Gebrakan pembangunan di tahun 2018 pemerintah daerah banyak yang memprioritaskan dan fokus pada pembangunan fisik berupa infrastruktur. Baik itu pembangunan infrastruktur jalan, jembatan serta gedung sekolah dan perkantoran digenjot agar selesai pada tahun ini. Hal ini patut dibanggakan, karena kemajuan pembangunan fisik berupa infrastruktur tersebut masih menjadi salah satu parameter dan tolak ukur keberhasilan pembangunan suatu daerah.

Penulis sepakat dengan argumentasi diatas, namun yang lebih penting adalah pembangunan yang ideal memiliki keseimbangan antara pembangunan fisik dan mental. Karena kemajuan pembangunan fisik harus diimbangi dengan pembangunan mental yakni SDM. Sehingga perjalanannya tidak akan pincang, karena memiliki keseimbangan diberbagai bidang.

Baca Juga:  Aplikasi Pemerintah Harus Lindungi Data Warga dari Kebocoran

Masih terngiang di telinga penulis saat upacara penaikan bendera dalam lagu kebangsaan tersebut memberikan arah pembangunan bangsa ini. “Bangunlah jiwanya bangunlah badannya untuk Indonesia Raya”, sepenggal lagu tersebut menyatakan keseimbangan pembangunan. Yakni fisik dan mental.

Namun jika kita cermati makna yang terkandung dalam lagu itu adalah: Pertama, pembangunan mental serta peningkatan SDM lebih diutamakan, karena jika mentalnya terbangun maka fisiknya akan sehat dan kebijakannya akan mapan. Intinya adalah sebelum membangun fisik yang dibangun terlebih dahulu dan utama adalah jiwanya. Kedua, kebijakan pemerintah sudah selayaknya memprioritaskan kebijakan pembangunan pada peningkatan kualitas SDM.Karena SDM yang handal dan profesional akan melahirkan jiwa yang sehat dan cerdas.Terakhir, jika pembangunan fisik diimbangi dengan pembangunan mental, maka para pemangku kebijakan akan bekerja secara profesional. Karena pejabat apapun kalau miskin pengetahuan, dampaknya akan bobrok segala kebijakannya.

Baca Juga:  Mahasiswa Rantau Lampung: Kami Bangga Presiden Kenakan Pakaian Adat Lampung

Maka penulis berpendapat pembangunan fisik berupa infrastruktur harus diimbangi dengan peningkatan SDM agar arah pembangunan menjadi jelas dan berdaya guna. “Suatu pekerjaan yang diserahkan bukan ahlinya tunggu kehancurannya”. Karena orang miskin ilmu dipastikan tidak akan mampu memikul beban pekerjaan. Dan biasanya orang semacam ini bersikap congkak, sombong, karena menutupi kelemahannya. Intinya jika jiwa seseorang telah terbangun, maka dia akan memahami tupoksinya. Namun jika minim pengetahuan dan miskin ilmu, maka dalam kebijakannya selalu ngawur, semuanya sendiri, dan tidak memiliki rasa malu bahwa kebijakannya itu salah dan melanggar aturan. Ibarat seorang sopir, tidak memahami rambu-rambu lalu lintas, namun merasa gagah dan kebut-kebutan di tengah jalan dan  sudah otomatis mengganggu pengguna jalan lainnya, perjalanannya akan terhambat, dan ujung-ujungnya kesasar.Wallahu a’lam bisshowab.(*).

 5,478 kali dilihat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.