Konsep dewasa memiliki makna yang berbeda
Oleh:
Windo Dicky Irawan Dosen Universitas Muhammadiyah Kotabumi
Malang, (LV)
Konsep dewasa dengan kedewasaan memiliki makna yang berbeda. Dewasa adalah perubahan bentuk fisik pada manusia. Namun kedewasaan merupakan perubahan bentuk pikiran dari manusia. Pernah mendengar istilah “The ball is round”? Nah, untuk memahami konsep “Bola itu bundar” rasa-rasanya tidak harus menjadi dewasa, namun wajib memiliki sifat kedewasaan. Makna istilah itu, mudah dipahami namun sulit untuk diimplementasikan.
Yah, mengimplementasikan menjadi suporter “your respect, have efect” memang tidaklah mudah. Sejatinya makna tersebut akan berdampak positif dan negatif. Positifnya adalah menjadi power of full bagi club, negatifnya berdampak pada semua. Tragedi yang menewaskan 125 jiwa sangat tidak terpuji itu jelas karena “oknum” tidak memiliki sifat kedewasaan dalam dirinya. Jika saja fans/suporter itu terdapat sifat kedewasaan dan wise dalam memandang, maka statement selama 25th pasukan biru itu tidak pernah kalah dengan pasukan hijau tidak akan menjadi pemicu tragedi ini.
Ingat brother, “Bola itu bundar” – We are speak statement it. Artinya, apapun hasil akhir harus diterima dengan wise. Bukan meng-kambinghitam-kan pemain sendiri atau tidak terima dengang euforia suporter lawan. If support only loving in the win, but when loser club your dislike, ngapain jadi suporter bro!.
Indonesia sudah 74th merdeka, tapi tidak merdeka dalam pikiran dan dukungan.
Semua duka, semua menjadi tercela. Fifa kecewa, Indonesia berduka. Tragedi ini mirip sekali dengan anak kecil yang kalah dalam sebuah permainan, menangis meratapi kekalahan atau adu jotos.
Perilaku ini yang melekat dalam diri suporter, tidak menerima kekalahan.
Ini menjadi bukti bahwa, efek negatif pada suporter yang tidak wise dalam menerima kekalahan ini, yang membuat Indonesia tidak maju dari dulu hingga sekarang dalam dunia persepakbolaan.
Celakanya lagi oknum itu berkomunitas yang besar, hingga mempengaruhi yang lain.
Apakah kita tidak tahu, bahwa tragedi ini bukan kita yang kali pertamanya.