Komunitas Jum’at Berbagi Berikan Santunan Sembako

LAMPUNG UTARA

Lampung Utara:lampungvisual.com-
Persoalan kemiskinan di Kabupaten Lampung Utara masih menjadi satu pekerjaan rumah yang wajib diatasi dengan serius serta membutuhkan rasa empati, baik oleh pemerintah maupun berbagai elemen masyarakat.

Di Lampung Utara, tepatnya di jalan Jeruk Kelurahan Kelapa Tujuh, Kecamatan Kotabumi Selatan, ada warga yang hidup di bawah garis kemiskinan. Dia adalah Wagimin, (35), dan adiknya Suyatno, (30). Mereka berdua hidup dengan berbagai keterbatasan yang sangat memprihatinkan.

Dari keterbatasan yang mereka miliki, bisa jadi, usia yang disebutkan Wagimin saat ditanya awak media pun tidak tepat. Kedua orangtuanya sudah lama tiada.

Rumah yang saat ini ditempati Wagimin dan Suyatno merupakan warisan milik orang tuanya. Rumah itu tanpa pintu dan jendela. Hanya dibatasi dengan potongan seng bekas guna melawan hempasan angin ataupun hewan-hewan liat. Saat masuk ke dalam rumah mereka, tidak ada satu perabotan rumah tangga yang terlihat. Suatu hari, tersiar kabar, kedua kakak beradik ini memakan kucing mati hanya karena ingin makan daging.

Mendengar kabar tersebut, awak media ini bersama Komunitas Jum’at Berbagi (KJB) Kabupaten Lampung Utara, mencari tahu kebenaran adanya informasi tersebut.

Baca Juga:  IMM Lampung Utara Laksanakan Muscab Periode 2019/2020

Mulanya, keterangan yang didapat simpang-siur. Ada yang mengatakan, mereka berdua memiliki keterbelakangan mental atau dengan kata lain orang gila. Namun, setelah terus menggali informasi, Koordinator KJB Lampura, Firmasyah, S. Pd., M.M., menyampaikan, jika keterbelakangan memtal yang mereka idap selama ini hanya sewaktu-waktu saja kambuh.

“Mereka bukan orang gila. Saya kira, hanya depresi ringan yang sewaktu-waktu kambuh. Itupun tidak mengganggu warga sekitar. Saya yakin, depresi yang dialami keduanya disebabkan faktor ekonomi yang tidak mampu mereka atasi karena berbagai keterbatasan yang mereka miliki,” ujar Firmasnyah, kepada sinarlampung.com, Jum’at, (20/9/2019), di kediamannya, sesaat sebelum tim KJB Lampura menyambangi kakak beradik pemakan kucing mati itu.

Setelah berbagai kebutuhan sembako dipersiapkan, tim KJB Lampura langsung mendatangi kediaman dua warga prasejahtera dimaksud.

Sesampai di sana, tim KJB Lampura disambut Wagimin. Tubuh Wagimin tampak sangat kotor, kumal, dan dekil. Rambutnya sudah mulai memutih. Dirinya ketika itu sedang memasak air di samping rumahnya dengan kayu bakar dan sebuah kaleng bekas sebagai pengganti panci perebus air.

Baca Juga:  Kapolres Lampung Utara Pimpin Upacara Hari Kebangkitan Nasional ke-111 Tahun 2019

“Ini air buat saya minum, Pak,” sambut Wagimin sambil mempersilakan tim KJB Lampura masuk ke dalam rumahnya.

Komunikasi sangat baik dan lancar pun terjalin antara Koordinator KJB Lampura, Firmansyah, dengan Wagimin. Hal ini tentu menampik anggapan jika Wagimin adalah orang gila. Tim KJB Lampura langsung menyerahkan berbagai bantuan sembako yang dihimpun dari para dermawan.

Saat diwawancarai, Wagimin mengatakan, ia bersama adiknya, beberapa waktu lalu, mengakui memakan kucing mati.

“Iya, Pak. Saya dan adik saya memang makan kucing mati. Waktu itu, yah, karena kepingin aja makan daging. Saya lihat kucing mati di pinggir jalan. Saya bawa pulang dan saya bakar untuk saya makan dengan adik saya,” tutur Wagimin, Jum’at, (20/9/2019), pagi, sekitar pukul 11.15 WIB, di kediamannya.

Menurutnya, mereka memakan kucing mati itu bukan karena sudah terbiasa, namun karena saat itu tidak ada bahan makanan yang hendak mereka makan.

“Ya, saya makan kucing itu tidak setiap hari kok, Pak. Hanya kebetulan saja ada kucing mati, makanya saya bawa pulang untuk dimakan,” aku Wagimin.

Baca Juga:  TP-PKK dan Darwanita Lampura Bagikan Sembako dan Masker

Ia juga menyampaikan jika saat kedatangan tim KJB Lampura, adiknya sedang pergi main. Dalam kesehariannya, Wagimin bekerja dengan merongsok barang-barang bekas untuk dijual. Tampak tumpukan kardus dan berbagai botol plastik bekas di samping rumah.

“Rumah kami ini peninggalan orang tua, Pak. Yah, beginilah. Kalau untuk tidur, yah, kami pakai kardus-kardus bekas. Kadang-kadang ada tetangga yang kasih kami makan, Pak,” ujar Wagimin.

Setelah menyerahkan paket sembako dan berbincang dengan Wagimin, tim KJB Lampura pun pamit pulang dari kediaman.
Penulis: Adrian Volta.

 1,021 kali dilihat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.