Kerjasama dengan ISEI Lampung, IIB Darmajaya Gelar Kuliah Umum Peran Mahasiswa Hadapi Industri 4.0

PENDIDIKAN

Bandar Lampung, lampungvisula.com-
Institut Informatika dan Bisnis (IIB) Darmajaya menggelar Kuliah Umum dan Penandatanganan MoU “Peran Mahasiswa dalam Menghadapi Industri 4.0 untuk meningkatkan Ekonomi Indonesia” di Aula Alfian Husin lantai III, Jumat, 3 Mei 2019.
Kuliah umum menghadirkan tiga pembicara yakni Ketua ISEI Lampung Dr. Ayi Ahadiat, S.E., M.B.A,, Ketua IMA Heri Andrian, dan Executive Trainer IDX Lampung Fahmi Alkahfi. Sebelum kuliah umum dilaksanakannya penandatanganan MoU antara IIB Darmajaya dengan ISEI Lampung tentang Peningkatan Kerjasama Kualitas Penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan Tinggi, Sumber Daya Manusia serta Informasi dan Teknologi yang dilakukan oleh Rektor IIB Darmajaya Ir. Firmansyah Y Alfian, M.B.A., M.Sc dan Ketya ISEI Lampung Dr. Ayi Ahadiat, S.E., M.B.A.
Rektor dalam sambutannya mengatakan arus globalisasi sudah tidak terbendung masuk ke Indonesia. Dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, dunia kini memasuki era Revolusi Industri 4.0, yakni menekankan pada pola digital economy, artificial intelligence, big data, robotic, dan lain sebagainya atau dikenal dengan fenomena disruptive innovation.
“Menghadapi tantangan tersebut, pengajaran di perguruan tinggi pun dituntut untuk berubah, termasuk dalam menghasilkan output yang berkualitas bagi generasi masa depan. Sehingga pada era Revolusi Industri 4.0, masa depan bangsa Indonesia bertumpu kepada anak muda penerus bangsa,” kata dia.
Firman –biasa disapa –menerangkan bahwa kreativitas dan inovasi dari anak muda akan melahirkan berbagai sumber ekonomi baru yang akan menjadi motor penggerak ekonomi bangsa di era Revolusi Industri 4.0. yang mana “Unicorn” Startup di Indonesia didominasi oleh hasil pemikiran anak muda. “Sehingga, Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak ke-4 di dunia hendaknya dapat memaksimalkan potensi sumber daya manusia yang ada, yang pada akhirnya dapat meningkatkan perekonomian Indonesia,” tuturnya.
Berdasarkan evaluasi awal tentang kesiapan negara dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0, Indonesia diperkirakan sebagai negara dengan potensi tinggi. “Meski masih di bawah Singapura, di tingkat Asia Tenggara posisi Indonesia cukup diperhitungkan. Menurut global competitiveness index, Indonesia masih di bawah Malaysia, Singapura dan Thailand. Beberapa penyebab Indonesia masih kalah ini karena lemahnya higher education and training, science and technology readiness, dan innovation and business sophistication. Inilah yang perlu diperbaiki supaya daya saing kita tidak rendah,” bebernya.
Sehubungan dengan hal tersebut, lanjut Firman, ISEI sebagai wadah berkumpulnya pakar-pakar ekonomi dengan berbagai lika liku pengalaman, diharapkan dapat melakukan pendekatan kepada Mahasiswa di Perguruan Tinggi untuk memotivasi mahasiswa agar men-challange untuk bisa menghadapi Revolusi Industry 4.0.
“Tujuan kegiatan kita hari ini, guna mengembangkan keilmuan mahasiswa untuk mempersiapkan generasi dalam menyambut era Teknologi Industri 4.0. Selain itu, memberikan informasi mengenai potensi bidang-bidang bisnis di masa mendatang secara umum untuk industri 4.0,” imbuhnya.
Rektor berharap agar output dari kegiatan ini dapat menjadikan mahasiswa mendapatkan pemahaman dan gambaran Revolusi Industri 4.0 dan paham tentang potensi di bidang bisnis untuk Industri 4.0.
“Ikutilah kuliah ini dengan baik dan serius agar kalian mendapatkan bekal dari ahli yang menjadi pemateri. Belajar dari pengalaman orang lain. Semoga para peserta kuliah umum dapat segera mengimplementasikan apa yang didapat pada hari ini guna meningkatkan kemandirian bangsa dan memajukan perekonomian Negara,” terangnya.
Salah satu pembicara, Ayi Ahadiat mengatakan bahwa terdapat delapan pilar yang menjadi perubahan dan perkembangan dalam revolusi industri 4.0 yakni fitur AID (artificial intelegent Development), Additive Manufacture, internet of things, Big Data, Advanced Simulation, Autonomous, Universal Integration, and Cyber Security. “Delapan pilar merupakan sebagai optimalisasi manfaat revolusi industri 4.0. Kenapa ini penting? Karena bagian dari perkembangan teknologi yang pesat dan tak tertahankan,” ucapnya.
Dalam pendidikan tinggi terdapat empat pilar, lanjut dia, diantaranya middle income economy trap, improving competitiveness indeks, dan fullfilling people. “Sehingga mahasiswa akan menjadi siap dalam menghadapi revolusi 4.0 dengan menggerakkan ekonomi digital,” tuturnya.
Pembicara lainnya, Heri Andrian menerangkan bahwa peran manusia telah dikurangi dengan automatisasi. “Kalau di Astra mencari teller sekarang sudah mulai sulit karena menggunakan mesin. Ini juga merupakan implementasi revolusi industri 4.0,” terangnya.
Executive Trainer IDX Lampung, Fahmi Alkahfi menuturkan dalam revolusi industri sendi-sendi ekonomi juga berubah dari yang konvensional atau manual menjadi digital. “Orang akan lebih panik ketika handphonenya tertinggal. Mahasiswa juga harus menguasai segala aspek dan tidak gagap jadi jangan sampai ekonomi juga dikuasai oleh negara lain. Mulailah untuk investasi untuk menjadi pemilik perusahaan dengan menabung saham,” ungkapnya.
Era revolusi industri 4.0, lanjut dia, tidak perlu menjadikan manusia untuk pergi ke bank lagi dalam menabung. “Untuk membeli saham juga hanya dengan memanfaatkan handphone yang terkoneksi jaringan internet. Jadilah pemilik perusahaan negeri ini dalam membantu perekonomian bangsa,” pungkasnya.
Sumber: (IIB) Darmajaya.
Editor: Basri

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *