HARAPAN PETANI DI UJUNG CUACA

LAMPUNG UTARA

Lampung Utara (LV)
Musim panen raya yang semestinya menjadi momen suka cita bagi petani Lampung Utara, tahun ini terasa berbeda. Di balik keberhasilan melampaui target tanam padi Oktober 2024–Maret 2025 sebesar 127 persen, terdapat kisah pilu petani yang bergulat dengan anomali cuaca.

Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (DTPH) Lampura, Tomy Suciadi, mengungkapkan bahwa dari target 12.000 hektar, realisasi tanam mencapai 16.391 hektar. Dengan rata-rata hasil 5–6 ton per hektar, produksi gabah kering panen (GKP) diperkirakan menembus 98.000 ton.

Namun, keberhasilan ini tidak merata. Di beberapa daerah seperti Wonogiri, Kotabumi, petani harus menerima kenyataan pahit: gagal panen.“Cuaca panas yang berkepanjangan saat padi masuk fase bunting, tanpa disertai hujan, membuat tanaman tak tumbuh sempurna,” kata Tomy, Rabu (23/4).

Berbeda nasibnya dengan wilayah Abung Timur dan Abung Surakarta. Berkat penanganan cepat dan pemanfaatan pupuk organik, mereka masih dapat mempertahankan hasil panen.

Tomy menjelaskan, pihaknya terus berupaya meminimalkan kendala di lapangan. Salah satunya melalui pompanisasi dan pengoptimalan irigasi Way Rarem. Sayangnya, sedimentasi akibat kolam ikan dan aktivitas lainnya masih jadi tantangan berat dalam distribusi air.

“Kami sudah turun ke lapangan bersama tim ahli kementerian, BBWS Way Mesuji Sekampung, BKSDA, dan dinas perikanan. Kami melihat langsung hambatan irigasi akibat endapan,” jelasnya.

Ia menambahkan, indeks tanam ideal adalah dua hingga tiga kali dalam setahun. Namun saat ini, masih banyak wilayah yang hanya mampu panen satu hingga dua kali. Target tanam April 2025 seluas 4.745 hektar tetap diupayakan agar tercapai.

“Kami terus dorong petani untuk bergabung dalam kelompok tani agar pembinaan dan pendampingan dapat berjalan lebih efektif,” imbuhnya.

“Petani harus diselamatkan. Mereka bukan hanya penghasil padi, tapi penjaga harapan hidup kita.”

Penulis: Andrian Folta
Editor: Basri Subur

Loading