Ilmu PKPM Hantarkan Alumni IIB Darmajaya ini Jadi Asisten Peneliti di Wilayah Konflik di Thailand Selatan

PENDIDIKAN

SONGKLA, lampungvisual.com-

Lulusan kampus biru Institut Informatika dan Bisnis (IIB) Darmajaya terus berkarya dan berprestasi. Bukan hanya di Lampung atau Indonesia, lulusan kampus teknologi ini mampu menjadi asisten Dr. Christopher Mustapa, ahli antropolog dari Departemen Studi Etnik Jurusan Antropologi Universitas Chulalongkorn, Universitas Kebangsaan Malaysia.

“Saya berangkat dari Indonesia tanggal 15 Agustus lalu. Bermodal rekomendasi dari Kampus Biru IIB dan surat penugasan dari lembaga sosial di Australia, yaitu Quals Access saya langsung ke Thailand Selatan, tepatnya ke wilayah selatan di Kota Songkla, Provinsi Songkla,” kata Mansyurni Abadi, kepada Darmajaya.ac.id, Senin (20/8/2018).

Di provinsi yang sedang mengalami konflik etnis antara penduduk asli dan penduduk melayu, Abadi-begitu dia biasa dipanggil–mendaftarkan diri di Jurusan Psikologi Pendidikan Universitas Prince Songkla, di kampus Hatyai untuk mengambil program pascasarjana.

“Alhamdulillah, saya diterima. Hanya saja, saya baru mulai kuliah tahun depan, karena perbedaan waktu mulai studi antara Indonesia dan Thailand,” kata alumni IIB Darmajaya jurusan Manajemen 2018 itu.

Baca Juga:  Sebanyak 15 Mahasiswa IIB Darmajaya Ikuti Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka di Pulau Jawa

Sambil mengisi waktu luangnya, Abadi malah diterima sebagai assisten peneliti oleh Prof. Christopher Mustapha. “Dia (Christopher) sedang meneliti tentang tarekat sufi dan konflik antara dua agama di Thailand Selatan.”

Abadi dan Christopher berangkat ke daerah konflik itu pada tanggal 18 Agustus, yaitu ke Narahtiwat untuk tinggal bersama Baba Ho, seorang sufi di Thailand Selatan dan pemimpin Tarekat Naqsabandiyah. “Alhamdulillah, saya disambut baik di sana,” kata dia.

Perjalanan Menantang

Mengisahkan perjalanan demi tugas kemanusiaan di Thailand Selatan, Abadi harus banyak melewati pos pemeriksaan militer. Tak jarang tubuh dan barang bawaannya diperiksa beberapa kali selama perjalanan dari Kota Pattani menuju Kota Narathiwat.

“Namun, saya diajarkan bahasa Thailand dan Melayu serta diajarkan bagaimana berkontak dengan tentara Thailand dan para ulama di Thailand Selatan oleh Prof. Christopher. Pengalaman saya mengikuti PKPM sewaktu kuliah di Darmajaya sangat berguna sekali ketika saya ke Thailand Selatan,” kata dia.

Baca Juga:  GM IPC Panjang Minta Mahasiswa Darmajaya Siap Hadapi Revolusi Industri 4.0

Abadi juga menceritakan pengalamannya berada di daerah konflik itu. Menurut dia, suasana desa hampir sama dengan di Indonesia. Perbedaannya hanya perbedaan faktor keamanan. Karena, tiga provinsi di Thaliand Selatan sedang berada dalam kondisi darurat militer.

Hal itu terjadi karena sebagian warga di sana menuntut kemerdekaan. “Namun, sejauh ini kondisi ketiga provinsi itu aman dan tidak terlalu bahaya konflik. Kalaupun ada saat ini konflik dalam bentuk perang dingin. Tapi, justru kehadiran saya di desa itu berhasil membuat persahabatan baik antara militer Thailand dan penduduk lokal,” kata dia.

Abadi yang juga jebolan Program Student Mobility IIB Darmajaya itu menghabiskan waktu tiga hari di wilayah Narathiwat, wilayah yang berbatasan dengan Malaysia. “Kurang lebih apa yang saya pelajari dari PKPM berdampak dalam ranah global,” kata Abadi.

Baca Juga:  SMK Perintis Adiluhur Kunjungan Industri ke Kampus Terbaik di Lampung

Bahkan, dia sudah menjalin hubungan yang akrab dengan ulama di Narathiwat dan Pattani dari Tarekat Naqsabandiyah. Dia juga menjalin hubungan baik dengan tentara Thailand yang sedang menjalankan tugas daerah konflik. “Saya bangga jadi alumni IIB Darmajaya. Karena, ilmu yang saya dapat di kampus biru ini bisa membantu masyarakat di Thailand Selatan,” kata Abadi, penuh bangga. (**)

 1,871 kali dilihat

Tagged

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.